Dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional, Sounds From The Corner (SFTC) mengadakan pembicaraan seputar isu-isu terhangat di blantika musik melalui Twitter Space dan Youtube hari Selasa (08/03) malam. Bersama AMPLI, topik yang dibicarakan yaitu “Misteri Royalti Musisi ( PP56)” dan “Lika-liku Kepemilikan Master (gugatan Musica Studios)”. Perbincangan berlangsung hingga 3,5 jam dan melibatkan banyak peserta lain yang mengemukakan pendapat dan pertanyaan. Mari simak di tautan berikut!
(Tanggapan tehadap tulisan Endah Widiastuti, Anas Syahrul Alimi dan Cholil Mahmud)
Oleh : Panji Prasetyo
Diskursus dan polemik tentang sengkarut masalah royalti musik belakangan ini seharusnya bisa menjadi sarana refleksi dan introspeksi bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk bagi musisi sendiri dan pemerintah, mengapa kesemrawutan yang telah terjadi lebih dari 30 tahun ini tidak pernah terselesaikan bahkan menjadi lebih kusut.
(Tanggapan Terhadap Tulisan Endah Widiastuti dan Anas Syahrul Alimi)
Oleh : Cholil Mahmud
Pada awal April 2021, publik diramaikan dengan munculnya Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 (PP 56) tentang pengelolaan hak cipta lagu dan/atau musik. Pemberitaannya ramai dan masif, serta berhasil memancing percakapan tentang royalti di masyarakat.
*Tulisan ini adalah bagian kedua dari dua tulisan yang saling berkaitan tentang permasalahan kepemilikan master dan gugatan uji materiil PT Musica Studios ke Mahkamah Konstitusi
*Tulisan ini adalah bagian pertama dari dua tulisan yang saling berkaitan tentang permasalahan kepemilikan master rekaman, dan gugatan uji materiil PT Musica Studio ke Mahkamah Konstitusi
Sebelum bicara hak pencipta lagu mari bicara soal ini. Sebagian besar musisi indie sudah mengerjakan apa yang umumnya label rekaman lakukan pada umumnya. Yaitu merekam lagunya melalui perangkat sendiri tanpa harus diberi modal besar untuk bisa rekaman di studio yang mewah. Di masa yang marak teknologi digital seperti sekarang ini, kegiatan memproduksi sebuah musik cenderung lebih mudah dan terjangkau.
Tulisan ini lahir dari sebuah komentar di postingan Youtube yang berbunyi “musisi ‘mah enak, tinggal gonjrang gonjreng dapet duit”. Tapi tidak semudah itu, karena sebelum gonjrang-gonjreng ada berbagai lika-liku yang harus dilalui. Salah satunya adalah proses dan biaya produksi album musik yang tentunya biayanya tidak sedikit.